Etika Bergaul Dalam Masyarakat
Sopan santun, adat sopan, tatakrama, atau sering pula disebut etika telah menjadi bagian dalam kehidupan kita di lingkungan masyarakat, tidak terlepas dari peraturan-peraturan atau nilai-nilai yang berlaku dan telah disepakati bersama. Sering kita dengar bahwa ada perbuatan yang baik dan ada perbuatan yang tidak baik, dan kata-kata yang boleh diucapkan dan sejenisnya. Semua itu telah menjadi persyaratan dalam kehidupan sehari-hari, malah mengikat menjadi tujuan masyarakat dimanapun dan dalam bentuk waktu kapanpun.
Etika Bergaul Dalam Masyarakat
Kita hidup bermasyarakat dan bertetangga. Oleh karena itu seharusnyalah kita mengetahui nilai-nilai yang berlaku di masyrakat tersebut, kadang kita juga dihadapkan pada suatu pilihan antara keinginan sendiri dan tuntutan masyarakat.
Nilai kehidupan individu yang kita miliki ada yang berlaku dan diterima di masyarakat. Misalnya, pada waktu kita masih anak-anak, tanpa meminta persetujuan orangtua secara sadar atau tidak telah melatih kita agar menerima pemberian orang dengan tangan kanan, lalu mengucapkan terima kasih. Orangtua melatih kita cara minum, cara kita makan, cara kita berbicara, menyapa, memberi hormat, cara kita berpakaian, cara kita bersikap jika ada tamu di rumah, cara menelfon, atau cara menerima telfon. Lama kelamaan perilaku kita terbentuk untuk menjadi kebiasaan, tanpa memikirkan mengapa harus demikian.
Etika dan adat sopan santun adalah kebiasaan. Kebiasaan ini merupakan tata cara yang lahir dalam kehidupan antar manusia. Kebiasaan ini muncul karena kondisi aksi dan reaksi dalam pergaulan antar manusia. Hal seperti ini menyebabkan bahwa terkadang terbentuk kebiasaan yang tak mudah dimengerti sebagai contoh. Kalau di Indonesia menerima pemberian dari orang lain dengan tangan kanan karena dianggap lebih sopan, sebaliknya di negara lain menerima pemberian dengan tangan kiri akan dianggap lebih sopan dari pada tangan kanan.
Etika kesopanan yang semula berlaku dalam lingkungan kita lama kelamaan dapat merambat ke lingkungan masyarakat yang lebih luas, perkembangan ini berlangsung secara perlahan tanpa diarahkan dan pada akhirnya diterima sebagai suatu kesepakatan bersama, suatu perjanjian tak tertulis, tanpa sadar muncul kesepakatan tertentu yang tersaring dari lingkungan masyarakat setempat, masyarakat wilayah, dan pada akhirnya diterima sebagai kebiasaan yang berlaku secara nasional.
Ada berbagai tafsiran mengenai etik, seperti tata krama, tata sopan santu, peraturan sopan santun, norma sopan santun, tata cara bertingkah laku yang baik, taat pergaulan, dan perilaku yang menyenangkan. Semua tafsiran itu disimpulkan dalam suatu pengertian yang disebut etiket atau tata krama, orang sering mencampuradukkan pemakaian kata etiket atau kode etik padahal yang maksudnya adalah etiket. Etika itu sendiri adalah cabang filsafat yang mempelajari pandangan-pandangan dan persoalan-persoalan moral atau kesusilaan. Kadang orang menggunakan istilah filsafat etika, filsafat moral, dan filsafat susila.
Tata krama adalah kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antar manusia setempat. Tata karama sendiri terdiri atas tata dan krama. Tata berarti adat, aturan, norma, atau peraturan dan krama yang berarti sopan santun, kelakuan, tindakan, atau perbuatan.
Etika Pergaulan
Interaksi atau hubungan timbal balik antara individu dan individu, hubungan antara individu dan kelompok, serta hubungan antara kelompok dan kelompok, ada akhirnya akan melahirkan suatu pergaulan. Dalam pergaulan, faktor perhatian sangat menentukan, pergaulan biasanya diawali dengan perkenalan, dalam pergaulan orang perlu mengenal tata cara dalam pembicaraan, tatap muka serta pembicaraan dengan sarana alat komunikasi, misalnya telfon atau melalui surat.
Etika Komunikasi
Komunikasi dalam pergaulan adalah kegiatan sehari-hari kita, seperti kegiatan minum dan makan yang tak terlepas dari kehidupan kita. Bergaul telah menjadi sisi kehidupan sampai kita sering lupa bahwa bergaul tidak selamanya gampang, bergaul itu gampang-gampang susah untuk orang yang mudah bergaul dan susah susah gampang untuk orang yang sulit bergaul.
Sebagai makhluk sosial, kita tidak terlepas dari kehidupan bergaul di masyarakat, baik sebagai anggota keluarga maupun sebagai anggota masyarakat. Sebagai makhluk sosial dalam menjalani hubungan pergaulan dituntut untuk mematuhi norma-norma, adat sopan santun, atau tata cara pergaulan yang sesuai dengan kondisi serta tidak melanggar norma-norma yang berlaku seperti norma agama atau adat istiadat dan budaya.
Sekarang kita coba sejenak untuk merenungkan sisi kehidupan masyarakat tempat kita tinggal. Beberapa orang kita anggap sebagai sahabat karib yang paling dekat dengan kita. Mulai dari sahabat karib kepada siapa kita merasa leluasa menuangkan isi hati dan menyampaikan masalah pribadi atau saling bertukar fikiran tentang keadaan-keadaan di sekitar kita, serta orang yang satu keyakinan dengan kita, berapa suku, berapa golongan atau ras, sampai pada tingkat ekonominya.
Dengan ini terkadang menyebabkan kita sering menemukan kesulitan dalam berkomunikasi dengan teman bahkan dengan sahabat dekat, terkadang ucapan dan perilaku di luar dugaan yang belum pernah kita mendengarnya serta tidak menyukai dan merasa jengkel. Apakah kita mengalami hal seperti demikian itu di sisi kehidupan kita dengan tetangga atau ucapan kita dan perilaku kita juga menjengkelkan buat mereka. Mengapa demikian dan mengapa kita bersikap serupa.
Dari ucapan dan tindakan yang dinilai kurang santu perlu adanya saran yang perlu diperhatikan untuk mengatas masalah komunikasi antara lain, seperti:
- Perlakukanlah orang lain, sebagaimana kita ingin diperlakukan oleh mereka.
- Menerima sifat atau kebiasaan teman atau tetangga kita.
- Saling terbuka satu sama lain.
- Ada permasalahan kita diskusikan bersama dan saling menanamkan kepercayaan.
- Menghargai pendapat.
Etik Berkenalan dan Bertamu
Etika berkenalan dan bertamu cukup beragam antarsuku, wilayah, dan bangsa. Sebagai makhluk sosial seyogyanya mengetahui aturan-aturan umum yang disepakati oleh masyarakat pada umumnya sedangkan penerapannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
Pada umumnya jika seseorang memperkenalkan diri sebaiknya kedua belah pihak menyebutkan nama secara cukup dan jelas. Biasanya disertai alamat asal, tempat dilahirkan, atau suku.
Pada waktu berkenalan, kita berjabat tangan. Kebiasaan ini merupakan suatu tradisi dalam masyarakat kita. Tradisi berjabat tangan telah lazim digunakan pada setiao orang, di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Misalnya, kebiasaan berjabat tangan atau berkenalan dengan menggunakan tanga kanan ditaruh di dada setelah berjabat tangan. Di daerah Pasundan, kebiasaan berjabat tangan atau berkenalan dengan mengatuokan tangan saling menyentuh ujung jari-jari, lalu menarik tangan yang terkatup ke hidung.
Apabila hendak bertamu atau bersilaturahmi ke rumah famili, sanakn saudara, atau ke rumah tetangga, hendaknya kita datang pada waktu yang tepat, tidak pada waktu istirahat atau waktu menjelang malam (waktu maghrib). Jika memungkinkan sampaikan terlebih dahulu melalui telepon. Apabila mengetuk pintu rumah orang sebaiknya hanya tiga kali dan tidak terlalu keras, seperti orang menggedor tetapi sekedar dapat didengar dari dalam.
Apabila belum ada jawaban kita mengulang ketukan kembali. Apabila kita menerima tamu usahakan dengan wajah yang gembira serta mempersilahkan duduk di kursi tamu.
Apabila kita berkunjung ke rumah teman, jangan masuk ke kamarnya, kalau membuka pintu, daun pintu sebaiknya ditutup kembali. Pada akhir kunjungan hendaknya kita berpamitan dan mengucapkan terima kasih. Jika yang dikunjukungi itu teman kita, jangan lupa juga untuk berpamitan dengan orangtuanya. Jika pulang, hendaknya kita membukakan pintu dan mempersilahkan tamu terlebih dahulu setelah itu kita menyusul dari belakang.
Pada waktu bekenalan dan bertamu penampilan sangat mempengaruhi kesan orang terhadap kepribadian kita. Oleh karena itu seharusnya kita mengikuti etika dan tata krama yang berlaku secara umum. Namun, tidak lupa menyesuaikan diri dengan kebiasaan yang berlaku.
Etika Berbicara
Ada pameo,”mulutmu adalah harimaumu”. Kidah kita tak bertulang sehingga tak dapat dihitung banyaknya kata atau kalimat yang diucapkan setiap hari. Untuk itu peliharalah lidahmu. Artinya hati-hati berbicara agar tidak mendatangkan akibat yang tidak menyenangkan di kemudian hari.
Kalau kita hendak berbicara hendaklah dengan tenang dan sekali-kali dalam pembicaraan kita menggunakan gerakan tangan secara perlahan dan sopan. Usahakan dalam pokok pembicaraan jangan sampai menyinggung perasaan orang lain atau menggunjingkan orang lain. Hal tersebut adalah tindakan yang dapat merugikan orang lain atau diri kita sendiri apalagi jika dilakukan di depan orang banyak atau di tempat umum. Hendaknya kita menghindari kata-kata yang kotor di dalam pembicaraan serta tak perlu mempertanyakan sesuatu yang dapat mempermalukan seseorang.
Adat etika dan sopan santu ketimuran menghendaki agar yang lebih muda berdiam kalau ada orang tua sedang berbicara. Oleh karena memotong pembicaraan seseorang atau nimbrung sesuatu yang bukan urusan kita, kalau memang urusan yang mendesak sebaiknya minta persetujuan terlbih dahulu kepada pribadi yang bersangkutan. Setelah selesai ucapkanlah terima kasih.
Waktu berbicara sebaiknya muka kita jangan terlalu dekat dengan orang yang diajak bicara apalagi sampai menyemprotkan ludah. Mulut hendaknya dibuka secukupnya dan sebaiknya mengarahkan pandangan kepada lawan bicara jangan sampai menoleh ke arah lain yang dapat menimbulkan kesan kurang menghargai. Berbicara dengan bertolak pinggang hendaknya dihindari. Jika hendak menguap, batyk, dan bersin, hendaklah menutup mulut dengan tangan atau menggunakan sapu tangan.
Untuk menerapkan etika berbicara, hendaklah kita selalu memperhatikan lawan bicara dan keakraban dengan orang tersebut. Berbicara dengan orang yang lebih tua tentu berlainan dengan kita berbicara dengan sahabat karib, apalagi dengan gurur atau orang yang lebih senior. Hal tersebut akan lebih berbeda tanpa menyimpang dari etika bicara.
Beberapa etika berbicara antara lain sebagai berikut:
- Memilih pembicaraan yang paling bagus dan kata-kata terbaik ketika berbicara.
- Pelan-pelan dalam berbicara dan memberikan keterangan sehingga pendengar memahami maksud pembicaraannya.
- Berbicara dengan orang lain sesuai dengan kadar pemahamannya.
- Menjauhi perdebatan yang tidak bermanfaat.
- Sedikit berbicara, kecuali jika merupakan jawaban, nasihat, amar ma’ruf nahi mungkar atau ajakan dakwah.
- Menjauhi pembicaraan yang banyak, pembicaraan yang tiada nilai, dan manfaat.
- Berfikir tentang apa yang akan dibicarakan sebelum berbicara.
- Menghormati orang yang lebih tinggi kedudukannya, lebih tinggi derajatnya, lebih banyak ilmunya, lebih tua umurnya, dan lebih besar keutamaannya.
- Mendengarkan dengan sungguh-sungguh hal-hal yang diucapkan lawan bicara.
- Tidak menyela pembicaraan orang lain.
- Tidak memotong pembicaraan seseorang, mengkritik, menyalahkan, atau menghina pembicaraannya.
- Bersuara pelan dan jangan teriak-teriak.
- Selalu tenang dan senyum ketika berbicara.
- Menjauhi pembicaraan kotor dan perkataan yang berbau syahwat.
- Menghindari banyak sumpah ketika berbicara.
- Mengusahakan lisannya agar selalu banyak beristighfar sesudah melakukan kejahatan atau kesalahan.
Etika Surat Menyurat
Aturan-aturan umum ketika pergaulan lazim digunakan dalam menuliskan surat, agar isi dan bentuk surat terhindar dari suatu yang kurang atau tidak dikehendaki teman maupun sahabat karib dan orang lain. Hal yang perlu kita perhatikan bahwa kertas surat dan amplop yang hendak kita gunakan, untuk surat dinas pribadi pakailah tinta hitam atau biru, jangan menggunakan tinta merah maupun menggunakan pensil.
Tulislah alamat yang jelas yang akan dituju dan mudah dibaca, tempelkan perangko yang sesuai dengan posisi tegak lurus, gunakan kata-kata yang terhormat, tidak menggunakan kata-kata yang kasar dan kotor yang dapat menyinggung perasaan si penerima surat, lakukan balasan jika surat tersebut harus dibalas, dan jangan menunda-nda sampai terlupakan karena dianggap tidak memperhatikan atau menghargai si pengirim,
Etika Menggunakan Telepon
Telepon kawat maupun handphone adalah sebaagai salah satu alat komunikasi yang sangat vital dan memberikan manfaat serta daya guna yang sangat besar dalam komunikasi antarmanusia. Sering kita menggunakan alat tersebut namun apakah kita telah mematuhi etika dalam memanfaatkan telepon seperti layaknya kita bicara berhadapan langsung kepada orang yang kita diajak bicara.
Menerima dan menelpon dengan tidak mengikuti etika yang baik, pribadi kita akan dinilai kurang baik ataupun saat kita berada di dalah satu tempat pekerjaan, lembaga kita dinilai kurang baik. Oleh karena itu, beberapa prinsip yang perlu diperhatikan adalah layaknya, bertamu atau menerima tamu, dan catatan buku telepon hendaknya dekat dengan pesawat telepon agar lebih mudah apabila diperlukan.
Dalam pembicaraan di telepon hendaknya dengan kata-kata yang jelas agar tidak terulang-ulang dengan menyebutkan nama atau instansi dengan jelas. Bicaralah dengan tenang langsung pada tujuan pembicaraan dan hendaknya hindari nada suara yang keras. Ketika berbicara, berikan perhatian sepenuhnya kepada lawan bicara. Pada akhir pembicaraan, si penelpon hendaknya tidak lupa memberikan salam penutup dengan ucapan terima kasih.
Itulah informasi seputar etika dalam pergaulan masyarakat, semoga bisa memberikan manfaat bagi kita semua. Terima kasih.
Comments
Post a Comment